Merubah Penilaian Orang Lain

Sejak dulu, sejak kecil, gue terbiasa jadi bahan omongan dan ejekan orang lain, teman-teman bahkan saudara sendiri. Di mulai dari karakter gue yang jutek (katanya, padahal gue ngerasa ramah banget haha) sampai ke bentuk fisik yang jauh lebih buruk dari orang-orang sempurna lain nya. 

Di sekolah rata-rata temen gue pada tinggi dan berkulit putih karena turunan chinese. Sedangkan gue pendek dan hitam. Ya mau ngga mau jadi bahan ejekan tapi kebanyakan temen cowok sih yang iseng suka bilang gue apalah sampe kuping gue ini lebar saking seringnya di ejek. Kalau temen cewek ngga begitu, kalau yang ngga suka dan merasa "jijik" sama gue palingan ngga mau ngajak main doank. Geng-geng an gitu lah. Dan dengan gue seorang anak kecil yang jelek, hina serta kuper ini gue jadi hanya berteman dengan 'teman-teman sisa'. Kenapa disebut begitu? Namanya juga sekolah favorit, pasti orang-orang kaya mayoritas di dalam nya. Jadilah kita yang ngga selevel sama mereka ngga pantes gabung. 

Tapi karena dulu berpikir "yaudahlah yang penting masih ada teman". Kebanyakan guru disitu juga gitu sih, kelihatan membedakannya antara murid dari keluarga berduit dan ngga. 
Sama kakak kelas yang cowok juga sering di hina donk gue, kalau lagi sensi ya nangis kalau lagi hepi sih dianggap 'anjing menggonggong'. 
Ini yah yang namanya bully? Ini berlangsung dari SD kelas 2 sampai SMP kelas 2. 
Di luar sekolah pun, di lingkungan rumah atau tempat main gue di bully. Kalau di rumah gue sering di tindas sama kakak-kakak gue karena mungkin anak paling kecil. Seriiiing banget tapi ngga ada yang belain sampe akhirnya gue suka berpikiran "mungkin gue bukan anggota asli dari keluarga ini, mungkin gue anak pungut makanya keluarga ini kayanya benci banget sama gue". 
Kaya sinetron banget deh pokoknya hahaa. 

Nah di lingkungan tinggal beda lagi, gue pernah di labrak sama beberapa tetangga. Alasannya sih karena kalau gue lewat depan mereka, gue ngga pernah nyapa, pandangan lurus aja ke depan tapi mata sinis banget ngeliatnya. Hadeeuuh padahal emang asli gue begitu. Dan lucunya, ngga berapa lama dari dilabrak eh gue malah jd temenan dan akrab sama mereka. Main di rumah gue segala HAHAHAHA. 

Ketika gue kelas 3 SMP gue mulai kenal pergaulan remaja lebih dalam lagi. Gue jadi bisa mengangkat harga diri gue di sekolah dan lingkungan lainnya. Meski sampe SMA pun masih banyak temen gue yang ngatain gue tapi gue cuek aja. 
Gue mulai bisa mengendalikan temen-temen dan membuat mereka 'menganggap' gue sama dengan mereka hanya perbedaan tinggi badan saja. 
Gue mulai dengan menyapa teman yang awalnya kenal selewat doank atau tau nama doank. Gue akrabin, ajak ngobrol atau diskusi deh segala macem. Gue ngga hanya main dengan teman sekelas tapi dengan kelas lain dan kakak, juga adik kelas. Dan ternyata cara gue jitu mannnn!!! Mereka yang dulunya menghina, mengejek itu berteman baik sama gue wakakkak malahan waktu di rumah ngadain konser musik punk rock kecil-kecilan mereka dateng. Dan karena ternyata pergaulan gue lebih luas daripada mereka, mereka yang sekarNg jadi takluk sama gue. Bahahaha sukurin!!! Makanya jangan suka lihat orang sebelah mata donk. 

Tentang guru yang membedakan murid juga udah gue atasin tapi untungnya di SMA ngga gitu. Semua gurunya merangkul murid dari yang bego-pinter dan miskin-kaya juga pendek-tinggi. 
Di lingkungan, gue malah jadi kembang desa hahahaaaa dengan bisa mendamaikan geng pemuda atas dan bawah. Ketika gue pindah rumah, mereka pun mencar ngga tau kemana meski awal pindah mereka masih main ke rumah baru gue. Katanya mereka kehilangan sosok gue yang ceria dan ramah. Cieeehhh. Hahhaa. 

Gue kangen sama suasana itu. Suasana gue bolos ngaji eh tapi malah pacaran, suasana nogkrong sore, nongkrong malem, bahkan sampe menyaksikan temen gue nyimeng -,- parah emang. 
Setidaknya gue tau dunia remaja kaya apa, yang penting ngga ikut terjerumus. 

Sekarang, temen yang dulu menghina gue udah pada baik banget. Keluarga gue udah ngga nge bully juga sejak gue membuktikan 'anak manja ngga selamanya manja, justru bisa lebih dewasa dari kalian' sekarang mereka yan malu. Hehee. 

Setelah Cinta, Timbullah Kebencian

Disini gue pengen membahas kasus perceraian yang sedang marak ya di inpotemen. Entah dari kalangan artis, pejabat, orang biasa, dll. Gue bukan mau menghaikimi atau sok tau dengan yang mereka alami karena gue belom pernah ngerasain nikah. Yang sangat gue sayangkan, kenapa sih masalah pribadi harus diumbar di media? Sebenernya sih itu hak orang ya, tapi mereka yang mengumbar ini harus bisa jaga perasaan orangtuanya juga mungkin atau anak yang menjadi korban.

Sepasang suami istri yang menikah, merasakan bahagia, punya anak, awalnya mengumbar kemesraan, suap-suapan, peluk-pelukan atau sampai nyanyi-nyanyi bareng. Seluruh endonesah tau kalau mereka bahagia. Tapi mbo ya jangan pas bercerai juga mengumbar kebencian donk, saling menuduh, rebutan harta, rebutan anak, membuka aib (mantan) pasangan, maki-maki sampai mnjelek-jelekkan juga di media. Entah apa yang ada dipikiran mereka bisa berani curhat dan menceritakan kehidupan dan keadaan mereka di dalam ke media, haruskan semua orang tau konflik kalian, haruskah semua tau kalian saling membenci sekarang? Apa kalian ngga mikirin orang terdekat kalian yang nonton aksi kalian di depan kamera?? 

Gue hanya sangat menyayangkan. Kayanya berita gitu ngga penting deh. Kita harus tau kehidupan dan konflik pribadi mereka. Apa pengaruhnya buat kita, toh ga kenal, deket apalagi. Dan apa juga pengaruh buat mereka? Apa akan selesai dan membantu menyelesaikan? Cari pamor mungkin iya, bahkan cari simpati. 

Ngga hanya kasus perceraian sih, kasus saling membenci antar mantan murid dan guru yang HOT banget akhir-akhir ini juga haddeuuuhhh please deh. Lo beresin masuk ke ranah hukum aja kali ngga usah saling menjelekkan dan pamer kubu masing-masing. Demi TUHAAAAAANNNN  hahhaa ga penting. Ya gimana, mau ngga mau pasti ke tonton saat gue nunggu acara yang seru, ada kaya gitu-gitu. Ngga mendidik sama sekali, apalagi menghibur. Justru bikin kita orang awam, yang ngga tau apa-apa awalnya, ikutan menghujat dan membenci seseorang yang dianggap bersalah. Kan jadi dosa juga. Kalau ada masalah apa, sama siapa dan karna apa ya mbo dibicarakan baik-baik, kalau ngga ada hasil baik langsung cari mediator kek, ngga usah pengen orang tau juga kan.

Motto Hidup

Pasti donk ya setiap orang punya motto hidup. Entah apapun itu.
Dulu semasa gue kecil, tepatnya sekitar SD-SMP lah. Gue selalu memegang motto hidup gue yaitu "gue ngga akan pernah menyesali apapun yang pernah terjadi." 
Waktu ya mikirnya kan apapun yang telah terjadi ngga bisa balikin kembali ke awal makanya harus memulai semua sebaik mungkin kan? Tapi..semakin kesini kayaknya gue mulai meragukan motto hidup gue yang itu deh haha. Karena gue mengalami suatu peristiwa dalam hidup gue yang bikin menyesal dan bener-bener ngga terima, mau nebus kesalaha juga udah terlambat banget. Jadilah gue menyesal sekonyong-konyong.

Sejak mengalami kejadian yang bikin gue menyesal itu (semasa SMA-kuliah) gue belum membentuk sebuah motto hidup lagi karena masih labil banget, dan dalam hati gue, ketika gue punya sebuah landasan dala kehidupan gue harus bertanggung jawab sama hal itu, ngga hanya asal ucap.
Dan baru beberapa minggu lalu barulah gue mendapatkan sebuah isnpirasi untuk membuat motto hidup lagi untuk kehidupan gue.

Tau ngga sih inspirasinya dari mana? Ngga susah, dari lingkungan sekitar kita, Malahan mungkin yang setiap hari keluar rumah, bisa setiap hari juga menemukan hal ini. Waktu itu gue lagi mau berangkat ke ruko cbd naik angkot. Di tengah perjalanan, ada sebuah truk besar banget, ngga kehitung deh ban nya ada berapa pasang *karena ngga sempet ngitung*. Truk besar itu ceritanya mau masuk ke sebuah kawasan entah mau parkir atau bongkar muat ngga tau juga deh soalnya sopirnya ngga cerita hehehe, otomatis donk ya kalau dia mau masuk itu dia atret dulu (gatau apa namanya) di sepanjang jalan itu jadi semua mobil yang mau lewat berhenti dulu supaya truk itu bisa masuk, dan hampir lima orang yang markirin, stop-in mobil lain supaya berhenti. Baru deh setelah selesai dan truk sudah masuk dengan aman, kendaraan lain mau mobil, motor, beca, sepeda atau gerobak juga bisa lewat.

Nangkep ngga apa yang gue ambil dari 'truk yang mau parkir' itu? "Jadilah besar makan semua akan terkalahkan" ya kira-kira gitu lah  filosofi nya, ngeliat kendaraan besar yang menguasai jalan dan kendaraan-kendaraan kecil menghormati si empunya jalan. Intinya sih kita harus bisa menjadi seseorang yang menguasai suatu hal atau harus bisa membuat orang sekitar kita tunduk dengan "kebesaran" kita. Caranya bagaimana ya terserah. Bisa menjadi orang yang menjadi teladan, panutan, yang disegani lah.. Maka kita menjadi yang spesial dimata mereka.

Begitulah kira-kira motto hidup yang tercipta secara tidak sengaja tapi memang masuk diakal...